Lafal بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Lafal basmalah bila dicermati sungguh unik dan menarik,
sehingga menumbuhkan dorongan untuk mengetahui maksud penulisan, kandungan, pesan
dan tujuannya. Dari sekedar tulisan saja, lafal tersebut berbeda dengan yang
lain, mulai dari awalan berupa huruf jar
(preposisi)padahal dalam bahasa arab hanya dikenal dua jumlah yaitu ismiyah
(kalimat diawali kata benda)dan fi’liyah (diawali kata kerja), terus
penulisan lafal ismi dengan tanpa alif dan banyak lagi keunikan
yang lain sehingga perlu kiranya kita perinci satu persatu agar mudah
memahaminya.
Lafal بِسْمِ
Menurut pandangan ulama basrah: huruf jar (ba’)
berhubungan dengan lafal yang dibuang yang mennempati posisi mubtada’(subyek)
sedang jar (huruf yang berfungsi mengkasrahkan lafal setelahnya)dan majrur
(lafal yang di kasrahkan oleh huruf jar) sebagai khabar
(predikat)nya, bila ditampakkan kira-kira berbunyi ابْتِدَائِي
بِسْمِ اللَّهِ (aku
memulai (sesuatu baik pekerjaan atau lain-lain) tetap dengan menyebut nama
Allah)
Menurut ulama kufah:yang dibuang adalah fi’l (kata
kerja) ابْتَدَأْتُ (aku memulai) sedangkan jar dan majrur
menempati tempatnya lafal yang dibaca nashab.
Alif pada lafal ismi
dibuang dalam penulisannya karena sering digunakan, demikian menurut pandangan
para ulama termasuk Imam Akhfasy
Sebagian ulama berpendapat
karena berasal dari lafal سِمٍ , salah
satu bagian dari lafal ismi yang mempunyai lima macam:
سِـُمٍ ada
dua cara baca huruf sin dikasrah dan di fathah.
اُسْمٌ ada dua bacaan juga dikasrah hamzahnya atau di dhammah
سُمَى seperti lafal ضُحَى
Ulama lain berpendapat: asal lafal ismi
adalah سُمُوٌ karena bentuk
pluralnya أَسْمَاءُ dan أَسَامِي dan bentuk tasghirnya سُمَيٌّ
Ulama kufah berpendapat: berasal dari وَسَمَ yang bermakna tanda, pendapat ini kalau di
tinjau dari makna memang benar tapi kurang tepat bila ditinjau dari
terbentuknya kata (akar kata/isytiqaq).
Permasalahan
Bagaimana bisa lafal ismi di sandarkan ke lafal jalalah, sedang lafal
jalalah tersebut adalah nama (ismi) juga?
Dalam kitab ta Tibyan fi i’rabil Quran ada tiga pendapat
dalam pembahasan ini:
1. Dengan
menggunakan makna tasmiyah (penamaan), kata ini berbeda dengan lafal ismi(nama)karena ismi adalah sesuatu yang tetap pada sesuatu, adapun tasmiyah
melafalkannya nama tersebut.
2. Dalam
kata tersebut terdapat kata yang dibuang yang bila dikira-kirakan kurang lebih
berbunyi بِاسْمِ مُسَمَّى اللَّهِ dengan
menyebut nama zat yang dinamakan Allah.
3. Lafal
ismi adalah ziyadah (tambahan).
Sebagian ulama berpendapatbahwa: Asal lafal jalalah (اللَّهِ) adalah lafal الْإِلَاءُ
harakatnya hamzah dipindah ke lam yang pertama
kemudian disukun (sedangkan Abu Ali berpendapat bahwa hamzah tersebut dibuang
tanpa memindah harakatnya terlebih dahulu) lalu mengidghamkan lam pertama
kepada lam kedua, sebagian orang membaca tarqiq (tipis) pada semua hal keadaan
dan sebagian lain membaca tafkhim (tebal) bila didahului fathah dan dhummah.
lafal الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kedua lafal tersebut terbuat atau tercetak dari lafal rahmat
yang bermakna belas kasih, keduanya sama-sama mengikuti bentuk mubalaghah
(menguatkan makna) akan tetapi الرَّحْمَنِ
lebih luas cakupannya dari pada الرَّحِيمِ
Karena penambahan huruf ar Rahman menunjukkan
penambahan makna juga, begitu kurang lebih menurut pendapat para ulama bahasa.
Sedikit pemahaman dari penulis yang kami alih bahasakan
kedalam bahasa yang insaAllah mudah di fahami bagi pemula pelajar al Quran, dan bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat, semoga setiap hari kita selalu dibimbing oleh Allah swt. Menuju jalan yang
terang, jalan yang di ridhai oleh-Nya...amin.
0 Response to "I’rab al Quran"
Posting Komentar